5 Daerah di Aceh Jadi Major Project Nilam Nasional
BANDA ACEH, READERS - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) RI memilihi 5 daerah di Aceh sebagai sasaran program Major Project Nilam Aceh 2024 yaitu Aceh Besar, Aceh Tamiang, Gayo Lues, Aceh Selatan, dan Nagan Raya.
Hal itu dikemukakan dalam acara Konsolidasi Pelaksanaan Program Factory Sharing Sentra UKM yang digelar Kemenkop UKM RI di Hotel Rasamala, Banda Aceh, Kamis (27/6/2024).
Tim ARC PUIPT Nilam Aceh USK, Dewi Suryani Sentosa SSy ME, yang mengikuti kegiatan tersebut melaporkan, acara ini bertujuan untuk mendukung major project pengelolaan terpadu UKM komoditas nilam di Provinsi Aceh melalui program Major Project Nilam Aceh 2024.
Acara ini menghadirkan narasumber dari Kemenkop UKM RI dan ARC (Atsiri Research Center) USK.
Dalam keterangan Dewi kepada READERS.ID disebutkan, Kemenkop UKM mengalokasikan anggaran Rp 3 miliar kepada tiap koperasi primer terpilih untuk lima kabupaten di Aceh, yaitu Aceh Besar, Aceh Tamiang, Gayo Luwes, Aceh Selatan, dan Nagan Raya.
"Anggaran ini ditujukan untuk membantu petani nilam meningkatkan kualitas minyak nilam melalui penyediaan fasilitas yang lebih baik, seperti sarana pembibitan, penyulingan, rumah kompos dan lain-lain," sebutnya.
Minyak nilam yang diproduksi oleh petani akan ditampung oleh koperasi di masing-masing kabupaten untuk kemudian diproses oleh off taker nasional dan internasional.
Dewi menambahkan, sebagian minyak nilam akan diekspor ke luar negeri, sementara sekitar 20% akan digunakan untuk hilirisasi produk inovasi turunan nilam yang akan dikembangkan oleh koperasi dan UMKM di Aceh.
Ketua ARC-USK, Syaifullah Muhammad, yang menjadi narasumber utama dari ARC menjelaskan, Indonesia telah mengekspor lebih dari 1.900 ton minyak nilam pada 2023 ke seluruh dunia, sementara pada tahun 2022 jumlahnya mencapai 1.400 ton.
Dia mengungkapkan saat ini permintaan dunia sebesar 2.000 ton. Dari jumlah itu, 20% diharapkan diproses lokal untuk purifikasi sehingga menghasilkan hi-grade patchouli fraksi ringam dan fraksi berat dan dilanjutkan dengan hilirisasi lanjutan berupa produk akhir (end product) yang bisa langsung dijual kepada konsumen.
"Hilirisasi akan berdampak pada penguatan ekosistem dan kestabilan harga," jelas Syaifullah.
Dia memaparkan, sebelum 2015, harga nilam pernah jatuh ke angka Rp 300 ribu per kg di level petani. Tapi melalui kolaborasi pentahelix dari perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan media, secara perlahan tapi pasti harga nilam beranjak naik.
"Dan saat ini berada pada kisaran Rp 1,2 - Rp 1,3 juta per kilogram," kata Syaifullah.
Syaifullah menambahkan praktek baik telah dilaksanakan di Gayo Lues. Dengan kerjasama beberapa pihak, saat ini di Kecamatan Tripe Jaya telah terbina 282 orang petani.
Disana juga, dengan koordinasi Koperasi Aleksir De Gayo, Natgreen Perancis, U Green Aromatics sudah 21 kali berhasil ekspor ke Perancis.
"Setiap kali ekspor, nilai transaksi mencapai Rp 600-800 juta," sebutnya.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Aceh, Saiful Bahri, menyampaikan berbagai dukungan pemerintah untuk nilam Aceh.
"Sebanyak 90% kebutuhan nilam dunia disediakan oleh Indonesia, dan 30% di antaranya berasal dari Aceh. Ini merupakan peluang besar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat," ucap Saiful Bahri.
Ia berharap acara ini dapat memperkuat kolaborasi antara pemerintah, petani, dan pelaku usaha dalam mengembangkan komoditas nilam di Aceh, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan menjaga kestabilan harga di pasar internasional.
Asdep Pengembangan Kawasan dan Rantai Pasok Kemenkop UKM RI, Dr Ali Alkatiry, menguraikan perjalanan panjang Major Project Nilam Aceh sejak 2022.
Berbagai hambatan yang dihadapi diupayakan jalan keluarnya, sehingga tahun ini Menteri Koperasi telah mengeluarkan Surat Keputusan pelaksanaan Rumah Produksi Bersama (RPB) Nilam di 5 kabupaten di Aceh dengan total anggaran Rp 15 miliar.
Ali mengatakan Kemenkop UKM RI berharap program ini dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga terbangun infrastruktur nilam untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Peluang pasar sangat besar. Kebutuhan nilam dunia terus meningkat. Masyarakat dan semua pihak harus serius dan saling berkerjasama agar ikhtiar pemerintah ini dapat mencapai sasaran dan target yang diinginkan," tutup Ali.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pejabat penting, termasuk kepala dinas terkait tiap kabupaten seperti Kepala Dinas Perdagangan, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, serta para ketua koperasi tiap kabupaten yang menjadi lokasi Rumah Produksi Bersama (RPB), Major Project Nilam Aceh.[]
Komentar