Atsiri Research Center USK: Inovasi Lokal, Dampak Global

Dengan langsung mengolah daun nilam di Aceh, Indonesia sesungguhnya dapat menjual bahan fiksatif parfum langsung ke perusahaan parfum dunia tanpa harus melalui pengolahan lanjutan di luar negeri. 

Waktu Baca 10 Menit

Atsiri Research Center USK: Inovasi Lokal, Dampak GlobalFoto: for Readers.id
Dewi Suryani Sentosa

Pada salah satu sudut kota Banda Aceh, di Kampus Universitas Syiah Kuala, jauh dari pusat keramaian namun dalam lima tahun terakhir menjadi daya tarik nasional dan internasional, berdiri Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUIPT) Nilam Aceh, Atsiri Research Center (ARC). 

Oleh Dewi Suryani Sentosa, S.Sy., M.E.

ARC yang dibentuk pada 8 Desember 2016 merupakan Pusat Riset Universitas Syiah Kuala (USK) yang didedikasikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi yang memberi dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya petani, penyuling dan stakeholders lainnya dalam industri atsiri Indonesia.

Kehadiran ARC telah lama memberi energi baru bagi perkembangan industri nilam Aceh.

ARC mampu menjadi konseptor, implementor sekaligus integrator dari proses inovasi hulu-hilir nilam Aceh sehingga tercipta ekosistem berkelanjutan yang berdampak pada ekonomi masyarakat. 

Pencapaian tersebut pun menarik perhatian berbagai institusi nasional dan internasional yang berkunjung langsung ke ARC. 

Salah satunya berlangsung Rabu, 27 Maret 2024, para pakar dari Bank Dunia dan Kedutaan Australia berkunjung ke ARC setelah acara seminar yang diselenggarakan oleh USK dengan tema “Outreach Event on the Indonesia Economic Prospects December 2023 Edition – Climate Action for Development”, di Aula FMIPA Universitas Syiah Kuala.

Acara ini membahas perkembangan terkini dalam perekonomian Indonesia, prospek ekonomi, dampak perubahan iklim terhadap ekonomi. 

Para pakar dari Bank Dunia dan Kedutaan Australia berkunjung ke kantor ARC-USK. Foto: for Readers.ID

Kunjungan para pakar internasional tersebut ke ARC disambut langsung oleh Prof. Dr. Ir. Marwan, IPU selaku Rektor USK dan Kepala ARC-USK Dr. Syaifullah Muhammad, S.T., M. Eng. 

Para pakar melihat terobosan ARC-USK yang telah terbukti mengangkat martabat minyak nilam Aceh di mata dunia. Hal ini dilakukan ARC USK dalam membangun ekonomi lokal namun berdampak global. 

Dalam kunjungan itu, Dr. Syaifullah Muhammad menjelaskan atsiri adalah sebutan tumbuhan yang menghasilkan minyak nabati yang mudah menguap seperti nilam, cengkeh, sirih, gaharu, kayu putih, kemangi, kayu manis, akasia, cendana dan lain-lain. 

Khususnya minyak nilam merupakan komoditi lokal Aceh yang telah menjadi minyak nilam terbaik dunia yang dapat dijadikan bahan baku parfum, sehingga komoditi ini telah diekspor hingga Prancis seperti di kota Grasse sebagai kota kiblat parfum dunia. 

Kota Grasse sebagai ibu kota produsen parfum dan secara tradisional mengimpor bahan baku minyak atsiri dari berbagai negara, termasuk Aceh, Indonesia. 

Minyak nilam merupakan salah satu hasil dari komoditi perkebunan yang bernilai ekspor tinggi dan menyumbangkan devisa bagi Indonesia. 

Minyak atsiri termasuk nilam memiliki berbagai macam manfaat seperti parfum, minyak aromaterapi, minyak gosok, pengharum ruangan, penolak serangga, antiseptic, pestisida hayati dan lainnya. 

Rombongan pakar dari Bank Dunia dan Kedutaan Australia mengunjungi pabrik penyulingan nilam milik ARC-USK. Foto: for Readers.ID

Dengan terjalinnya Kerjasama ARC-USK dengan PT General Aromatic yang sudah 10 tahun berbisnis nilam di Aceh serta memproduksi minyak mentah nilam, perusahaan ini mengkekspor nilam Aceh ke Payan Bertrand Perancis dan digunakan untuk meramu bibit parfum kelas mewah. 

Hingga saat ini 90% minyak dunia berasal dari Indonesia dalam bentuk crude patchouli (minyak nilam mentah) dengan harga Rp. 800-900 ribu per kg. 

Jika minyak nilam dipurifikasi dan diformulasi menjadi parfum, harga jualnya sekitar Rp.150.000-Rp.500.000 per botol 50 ml di dalam negeri dan berkisar Rp. 1,5- Rp 6 Juta per botol di luar negeri. 

Kini, ARC-USK mampu menghasilkan produk turunan atsiri seperti parfum, Body Care, Essential Oil, Bed Spray, Handsanitizer, dan Alkina & SCP. 

Produk yang dikembangkan telah memiliki izin edar dari Kementrian Kesehatan dan BPOM RI dan dikomersialkan serta masuk market place oleh Koperasi Inovasi Nilam Aceh (Inovac), PT U-Green Aromatics Internasional, PT. Focustindo Cemerlang, PT. Biona Ceudah Rupa dan PT. Nilam Global Essential.

Pengembangan Teknologi Canggih 

Rombongan pakar dari Bank Dunia dan Kedutaan Australia melihat produk turunan atsiri di Kantor ARC-USK. Foto: for Readers.ID

Upaya agar kapasitas dan kualitas pengolahan minyak terus ditingkatkan sehingga semua produksi minyak nilam di Aceh bisa memiliki nilai tambah yang tinggi, teknologi purifikasi melalui distilasi molekuler dan fraksinasi minyak nilam menjadi penting untuk meningkatkan nilai jual minyak nilam Indonesia ke luar negeri sehingga mendatangkan keuntungan lebih besar bagi negara dan manfaat bagi petani nilam. 

Saat ini, USK mampu melakukan pengembangan teknologi distilasi (penyulingan) dan fraksinasi (pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih) sebagai upaya reverse engineering dan menciptakan inovasi menggunakan peralatan wipe film fractionation (WFF) dalam pemurnian minyak nilam mentah Aceh.

Selama ini minyak nilam mentah Indonesia diekspor ke beberapa negara lain untuk diolah oleh negara itu menjadi minyak nilam yang telah dipurifikasi dan fraksinasi. 

Dengan alat distilasi dan fraksinasi yang sama, ARC mampu mengolah 24 ton daun nilam/tahun menjadi minyak nilam terfraksinasi, baik fraksi berat (kandungan PA>60%) untuk fiksatif parfum atau fraksi ringan (kandungan PA<10 %) untuk bahan aktif dalam minyak oles, sabun cair, dan produk kesehatan berbasis larutan aromatic lainnya. 

Dengan langsung mengolah daun nilam di Aceh, Indonesia sesungguhnya dapat menjual bahan fiksatif parfum langsung ke perusahaan parfum dunia tanpa harus melalui pengolahan lanjutan di luar negeri. 

Diperkirakan, jika setiap botol dijual Rp 150.000 saja, maka inovasi teknologi proses ini  akan menghasilkan pendapatan Rp 1,8 triliun. 

Dr Syaifullah menambahkan, 90% permintaan nilam dunia diekspor dari Indonesia. Setiap tahun, Indonesia mengekspor sekitar 1.500 ton minyak nilam ke berbagai negara seperti Amerika, Singapura, Eropa, Timur Tengah, dan nilam Aceh saat ini menyumbang sekitar 35% produksi nilam nasional.

Rantai Nilai Nilam ARC

Dr Syaifullah menjelaskan sebagaimana laporan OJK bahwa PDRB Aceh yang masih didominasi oleh sektor pertanian dan perikanan dengan porsi sebesar 30,71 persen namun porsi pembiayaan perbankan baru sebesar 6,02 persen. 

Untuk itu, terobosan yang dilakukan ARC-USK membuka jalan baru untuk para petani. Industri jasa keuangan di sektor perbankan dan non bank membuka peluang pembiayaan petani nilam agar bisa meningkatkan produksi bahan baku minyak nilam yang berdampak pada kesejahteraan petani. 

Karena produk minyak nilam Indonesia mendominasi pasar perdagangan nilam global, menguasai 80-90 persen pangsa pasar dunia yang 35% berasal dari Aceh. 

Pembangunan ekosistem ini berpotensi pada peningkatan ekonomi lokal dan memperkuat posisi Aceh sebagai pemimpin produksi minyak nilam dunia. 

Hal tersebut dijelaskan kepada para pakar internasional yang berkunjung ke ARC dalam rangka menjawab pembahasan perkembangan dan prospek ekonomi lokal yang berdampak global.[]

Penulis adalah Dosen Ekonomi Islam USK dan tim Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...