Kisah Penyintas Covid-19: Hari Kelima Isoman Paling Berat (3)

Waktu Baca 9 Menit

Kisah Penyintas Covid-19: Hari Kelima Isoman Paling Berat (3)
Dosis vaksi Sinovac disiapkan dalam program vaksinasi pelayan publik. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Endah Lismartini, seorang jurnalis ibu kota sempat terpengarah saat dokter Jono, dokter IDG RS Siloam Bogor mengabarkan dirinya positif Covid-19. Namun, Endah mencoba untuk tetap tenang dan dokter sarankan untuk Isolasi Mandiri (Isoman).

Tulisan ini readers.ID kutip dari laman pribadi Endah Lismartini, tentunya sudah mendapatkan izin sebelum berita ini ditayangkan. Ini sebuah kisah seorang penyintas Covid-19 menjalani hari-harinya selama Isoman dengan berbagai tantangan setelah dirinya dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Kisah Sebelumnya:

Persiapan vaksin oleh tenaga kesehatan. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Isoman hari pertama hingga keempat, Endah mengaku masih biasa-biasa saja dan mampu mengendalikan diri. Namun memasuki hari kelima dia Isoman, ada perubahan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin parah. Berbagai keluhan dialamainya. Bagaimana kisahnya, silakan dilanjutkan membaca di bawah ini.

Rasanya isoman hari kelima hingga hari ketujuh adalah isoman yang paling berat yang saya rasakan. Tiga hari itu saya menjalaninya dengan rasa pusing luar biasa, mual, dan akhirnya muntah-muntah dan diare.

Awalnya, di isoman hari kelima, setelah saya sadar saya tak bisa mencium bau apapun, saya ingin menjaga nafsu makan. Sebab, setelah merasakan mulut yang pahit dan rasa makanan yang jadi tak jelas, saya kehilangan selera makan. Cuma mampu makan nasi sangat sedikit, tapi saya tetap berusaha makan. Biskuit, buah, kurma, atau apa saja saya tetap makan supaya tetap bertenaga dan ada asupan energi.

Hari itu, saya membuat rujak mangga. Saya membayangkan buah mangga yang segar pasti nikmat ketika dimakan dengan bumbu rujak. Dua buah mangga saya iris dan potong dadu. Lalu saya bubuhi garam, gula merah, sedikit perasan jeruk nipis, dan mon cabe.

Saya aduk rata dan diamkan sekitar 30 menit. Rasa mangga yang asam manis, bertemu dengan gula merah, asin dan pedas. Rasanya mak nyusss. Segar dan membuat saya lupa pada rasa pusing dan mual.

Saya merasakan hari itu seperti ngidam saat hamil muda. Hampir setengah mangkuk rujak mangga saya habiskan. Pusing dan mual tak hilang. Tapi saya merasa segar ketika menikmati rujak mangga itu.

Berselang seling dengan minum air kelapa dan air putih hangat. Sampai malam, pusing dan mual terus terasa. Tapi masih bisa saya tahan. Saya hanya memilih banyak tiduran. Sayangnya, tidur malam juga tak pernah bisa nyenyak dan bangun pagi tetap dalam keadaan tak nyaman.

Hari keenam, saya merasakan pusing dan mual makin menghebat. Tapi saya abaikan. Meski hanya rebahan, saya tetap berusaha mengalihkan pikiran. Nonton tv, nonton film, dan lain lain. Tapi pusing dan mual tak kunjung reda.

Ketika makan siang, Wanda Faisal Aziz, membuatkan sayur asem. Saya makan dengan lahap, berharap pusing dan mual akan hilang selesai saya makan. Awalnya saya makan sedikit. Tapi rasa segar menyantap sayur asem membuat saya menambah nasi.

Ternyata saya kekenyangan. Lambung saya terasa penuh dan tertekan. Saya lalu duduk tegak, berharap posisi itu akan membantu menghilangkan mual. Tapi mual semakin tak tertahan.

Suntikan vaksinasi covid-19. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Saya merasakan keringat dingin mulai mengalir di seluruh badan, dan rasa mual makin mendesak. Akhirnya saya muntah muntah. Setelah itu keringat dingin terus mengalir. Baju saya basah dan saya merasa kepayahan.

Lalu saya masuk kamar. Seluruh badan diberi minyak kayu putih. Meski tak bisa mencium baunya, saya bisa merasakan hangat kayu putih di badan saya. Sambil duduk dan terus menerus keringat dingin, saya tertidur.

Mungkin sekitar 30 menit saya tertidur. Setelah itu saya merasa lebih nyaman, meski pusing dan mual masih terasa. Hari itu, saya kembali hanya tiduran dan tak turun dari kasur kecuali untuk makan dan ke kamar mandi. Beruntung, meski tak terlalu nyenyak, malam itu saya tetap bisa tidur.

Hari ketujuh isoman, pusing dan mual tak juga hilang. Di tengah situasi itu, masih ada acara yang harus saya ikuti. Kepada panitia saya meminta izin untuk mematikan kamera. Saya mengikutinya sambil tiduran. Dua jam saya bisa bertahan mengikuti acara sambil tetap tiduran. Namun menjelang acara berakhir, mual hebat kembali terasa. Saya segera meminum air putih hangat.

Sayangnya, tak berpengaruh. Lalu suami mengajak makan siang. Mustakim Saja kembali masakan isterinya. Ia mengirimkan urap, tempe dan tahu goreng, juga ikan peda goreng. Saya tetap makan dengan lahap meski mulut dan penciuman masih enggak jelas.

Dan kondisi kemarin terulang. Selesai makan, mual kembali terasa berat. Saya kembali muntah-muntah. Tapi kali ini tanpa keringat dingin yang menderas seperti kemarin.

Kali ini tak hanya muntah. Saya juga diare. Dalam sehari, saya lima kali BAB. Saya pasrah, semoga ini memang fase terberat yang harus saya lalui.

Pemeriksaan sertivikat vaksi pengemudi mobil sebelum masuk ke kapal ferry. Foto: Hotli Simanjuntak/readers.ID

Dan semoga esok kondisinya akan lebih baik.  Seharian saya berusaha untuk tidur. Mual, pusing, dan lemas, itu yang saya rasakan. Suara gas di lambung terus terdengar. Alhamdulillah saturasi oksigen masih di angka 95-96. Saya terus meminum air putih hangat, dan memborehkan minyak kayu putih ke berbagai bagian tubuh.

Malamnya, setelah makan, saya kembali muntah. Tak sebanyak di siang hari. Tapi lumayan membuat keringat dingin muncul lagi. Sambil terduduk lemas saya memikirkan minuman yang bisa saya konsumsi untuk mengatasi mual.

Lalu saya ingat wedang jahe. Suami sigap membuatkan. Jahe dibakar, digeprek, lalu digodok di air mendidih bareng gula merah. Masih dalam kondisi panas mengepul, saya menghirup dan menikmati air jahe itu pelan-pelan. Rasanya enak, dan nyaman di lambung.

Malam itu, saya merasakan lambung sedikit membaik, mual berkurang, keringat dingin berhenti, dada juga terasa lebih lega, dan saya bisa tidur lebih nyenyak. [Bersambung]

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...