Pancasila Lahir dari Orang-Orang Besar

Eleanor Roosevelt mengatakan “Orang besar (hebat) berbicara tentang ide-ide/gagasan, orang biasa berbicara tentang kejadian sekitar, dan orang kerdil (lemah) berbicara tentang orang lain.” Ungkapan ini berasal dari orang besar, di Indonesia lahir produk dari alam pikiran yang berasal dari orang besar yang dikenal dengan nama pancasila.

Waktu Baca 10 Menit

Pancasila Lahir dari Orang-Orang Besar
Husaini Algayoni (Ist)

Oleh: Husaini Algayoni*

Eleanor Roosevelt mengatakan “Orang besar (hebat) berbicara tentang ide-ide/gagasan, orang  biasa berbicara tentang kejadian sekitar, dan orang kerdil (lemah) berbicara tentang orang lain.” Ungkapan yang banyak dikutip orang untuk memotivasi diri dan sekaligus satire atau sindiran kepada orang yang selalu membicarakan orang lain tanpa melihat kekurangan dirinya.

Ungkapan ini berasal dari orang besar, pada masanya Eleanor wanita yang dikagumi, diplomat, kemanusiaan PBB dan juga Ibu Negara Amerika Serikat tahun 1933-1945 (Presiden Franklin D. Roosevelt). Orang-orang besar berangkat dari pemikiran yang cemerlang serta hati yang bersih sehingga lahir produk dari alam pikirannya yang bermanfaat untuk orang banyak.

Di Indonesia lahir produk dari alam pikiran yang menjadikan masyarakat dari Sabang sampai Merauke hidup dalam keberagaman bisa bersatu dan hidup bersosial dengan baik. Produk alam pikiran tersebut berasal dari orang-orang besar yang dikenal dengan nama pancasila, sejak lahir hingga kini pancasila dijaga dengan baik sebagai falsafah negara. Sebaliknya tak mungkin orang yang berpikiran kerdil, picik dan licik bisa melahirkan pancasila.

Dalam catatan sejarah yang berjasa melahirkan pancasila yaitu Moh Yamin, Dr. Soepomo, Bung Karno. Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Moh Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus Salim, Wahid Hasjim, Abdul Kahar Muzakir, AA Maramis, Achmad Soebardjo, dan tokoh besar lainnya yang tak tertulis dalam catatan sejarah. Namun mempunyai peran vital dalam merumuskan pancasila.

Nama-nama di atas orang-orang besar yang berjasa melahirkan pancasila dan setiap 1 Juni rakyat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila yang telah ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.

Pancasila merupakan pandangan hidup dan dasar Negara Republik Indonesia perlu dihayati dan diamalkan secara nyata untuk menjaga kelestarian dan keampuhan demi terwujudnya tujuan nasional serta cita-cita bangsa seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; (Ketetapan MPR RI Nomor: II/MPR1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila).

Dalam penghayatan dan pengamalan pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dari ke lima sila. Pancasila yang bulat dan utuh memberi keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai.

Paham kebangsaan adalah dasar negara dan dasar negara adalah pancasila, namun dari semua itu ada pihak-pihak yang berkata “Kami tidak memerlukan paham dan pendirian kebangsaan” dan “Agama tidak mau menerima paham kebangsaan” demikian dikatakan Bung Karno dalam pidato pada Kursus Pancasila di Istana Negara, Juni 1958. 

Padahal dengan keyakinan dan kebenaran pancasila, maka manusia ditempatkan pada keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran untuk mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial.

Pancasila sebagai pandangan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diambil dari perut bumi Indonesia sebagai cita-cita bangsa, dari itu ada beberapa ideologi yang bukan bersumber pada kepribadian bangsa Indonesia dan karenanya bertentangan dengan pancasila yang dapat menghambat kemajuan dan pembangunan bangsa. 

Pertama, ideologi liberalisme. Paham liberalisme menekankan pada manusia sebagai individu dengan menonjolkan masalah hak-hak asasi, kebebasan, kemerdekaan dan persamaan serta menumbuhkan sistem ekonomi liberal yang kemudian dikenal sebagai sistem kapitalis. 

Dalam kehidupan kenegaraan dapat menciptakan pengkotakan-pengkotakan dan persaingan bebas yang pada gilirannya dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain.

Kedua, komunisme yang bertitik tolak dari paham pertentangan kelas dan secara khusus menolak adanya Tuhan Yang Maha Esa (atheistis) dengan diktator proletariat sebagai ciri kehidupan kenegaraannya. Ideologi yang satu ini bagaikan hantu bagi rakyat Indonesia karena isu ini selalu muncul pada musim pesta demokrasi untuk kepentingan politik dan tiba-tiba hilang kembali.

Ketiga, paham yang menyalahgunakan ajaran agama. Paham bertitik tolak dari penyalah tafsiran dan penyalah ajaran agama tertentu untuk kepentingan suatu kelompok atau golongan dan dikembangkan atas dasar fanatisme yang sempit, dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 

Dari itu, untuk menangkal ideologi yang bertentangan dengan pancasila. Negara berkewajiban untuk melindungi, memelihara dan mewadahi aspirasi keagamaan umat beragama termasuk meningkatkan budi pekerti kemanusiaan dan cita-cita moral rakyat yang luhur.

Pancasila kata Bung Karno “Aku bukan pencipta pancasila, pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Aku hanya menggali pancasila daripada buminya pndonesia.” Sebagaimana diketahui bersama-sama bahwa Indonesia adalah bangsa yang unik, mempunyai berbagai macam agama, suku, bahasa dan warna kulit bersatu dalam bingkai NKRI yang berideologikan pancasila.

Selain menjaga ideologi pancasila, pemerintah juga berkewajiban melindungi rakyatnya dari ideologi yang tidak sesuai dengan falsafah pancasila. Dengan begitu rakyat Indonesia bisa hidup saling berdampingan dalam perbedaan suku, bahasa maupun agama.

Sebagai rakyat Indonesia penting kiranya menjaga dengan baik paham pancasila sebagai dasar kehidupan bernegara di tengah-tengah kehidupan yang majemuk, 

Deliar Noer seorang pemikir dan penulis hebat yang lahir di Medan pada tahun 1926 mengatakan “Aku bagian umat, aku bagian bangsa.” Kemudian kita bagian dari mana? Apakah hanya dari bagian umat saja atau bagian dari bangsa saja, semoga kita bagian dari umat dan bagian dari bangsa sehingga bisa berperan dalam memajukan dan menjaga persatuan bangsa Indonesia.

Masalah  memajukan dan menjaga persatuan, kutipan menarik dan bisa direnungi sebagai bahan renungan kita semua, kutipan ini berasal dari Badshah Khan pejuang muslim antikekerasan. Badshah mengatakan “Ada dua jalan menuju kemajuan nasional, agama dan patriotisme”.

Kalian semua pernah mendengar tentang Amerika dan Eropa. Orang-orang Eropa di negara-negara tersebut mungkin tidak terlalu religius, tetapi mereka memiliki rasa patriotis, mencintai bangsa mereka dan memiliki kesadaran sosial.

Lihatlah kemajuan yang telah mereka capai. Kemudian lihatlah diri kita sendiri! Kita bahkan sama sekali belum belajar untuk berdiri di atas kaki kita sendiri. Lihatlah standar kehidupan mereka dan kemudian lihatlah standar kehidupan kita.”

Jika kita sekarang berada di jalan menuju kehancuran, itu karena kita tidak memiliki semangat religius yang sejati atau semangat patriotisme yang sesungguhnya maupun rasa cinta kepada bangsa kita. Demikian ungkapan yang menggugah dari seorang Bashah Khan.

Pancasila digali oleh orang-orang besar dari perut bumi Indonesia sebagai jembatan emas untuk kemakmuran dan persatuan rakyat Indonesia di tengah kehidupan masyarakat yang plural dan rasa cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat melalui patriotisme diungkapkan dengan mengamalkan dan menjaga nilai-nilai pancasila. 

*Penulis, Kolumnis Gayo.

Editor:

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...